Rabu, 29 Oktober 2014

Pemeriksaan BNO IVP


















IVP = Intra Vena Pyelography

BNO IVP adalah pemeriksaan radigrafi dari Tractus Urinarius dengan pemberian zat kontras yang dimasukkan melalui vena sehingga dapat menunjukkan fungsi ginjal dan dapat mengetahui apabila terdapat kelainan - kelainan secara radiologis.

Indikasi dan Kontra indikasi :

Indikasi Pemeriksaan BNO IVP diantaranya sebagai berikut :

  • Keluhan nyeri dan panas pinggang ( Colic )
  • Nefrolithiasis
  • Nefritis
  • Kingking atau kelainan kongenital 
  • Penurunan fungsi ginjal dan keganasan 
  • Tumor
Kontraindikasinya :

  • Perforasi atau pendarahan massif di rongga abdomen
  • Uji kadar ureum darah pasien di laboratrium di atas normal
  • Uji kadar kreatinin pasien tidak sesuai
  • Hipertensi
  • Diabetes melitus
  • Permintaan pemeriksaan atas keinginan sendiri.
  • Tidak memiliki spesialis radiologi
Persiapan alat dan bahan :

Steril :
  • Kontras media watersoluble
  • Spuit 1 cc untuk skint tes
  • Spuit 20-50 cc untuk injeksi
  • Spuit 2,5cc untuk antiseptic alergi obat - obatan antihistamin 
  • Kapas 
  • Dan Alkohol
Unsteril :
  • Kaset
  • Marker
  • Stuwing
  • Grid
  • Pesawat Rontgen
  • Apron
  • Nier beken
Prosedur pemeriksaan BNO IVP :
  1. Pasien datang ke ruangan radiologi dengan membawa permintaan foto yang sudah didaftarkan dan membayar biaya pemeriksaan di kasir.
  2. Pasien dijanjikan waktu pemeriksaannya dan diberikan penjelasan mengenai persiapan yang harus dilakukan sesuai dengan pemeriksaan.
  3. Pasien diminta untuk melakukan pemeriksaan ke laboratorium : Ureum dan kreatinin ( Bila melebihi normaal konsulkan ke dokter radiolog )
  4. Untuk pasien rawat inap pemeriksaan dibantu oleh perawat
Persiapan pasien :

  1. Sehari sebelum pemeriksaan atau mulai Pkl 14.00 pasien hanya makan makanan lunak tidak berserat ( Bubur kecap ataupun Bubur kaldu ).
  2. Pkl. 20.00 pasien minum dulcolax tablet 2 butir 
  3. Pkl. 22.00 sebelu tidur,  pasien kembali minum dulcolax sebanyak 2 butir.
  4. Pkl.  05.00 pagi masukkan 1 butir Dulcolax suposutoria melalui dubur atau anus
  5. Selama persiapan dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan ( Puasa ), tidak banyak berbicara, dan tidak merokok sampai dengan pasien datang ke instalasi radiologi sesuai waktu yang dijanjikan dan pemeriksaan selesai dilakukan.
  6. Selama persiapan pasien hanya diperbolehkan minum sebanyak 3x agar terhindar dari dehidrasi. 
Pemeriksaan IVP

  • Pasien diminta memasuki ruangan pemeriksaan.
  • Pasien atau keluarga pasien diberikan penjelasan dan jika telah jelas diminta menandatangani inform consent.
  • Pasien diminta tidur terlentang pada meja pemeriksaan dengan mid sagital plane menempel dengan mid line meja \
  • Lakukan skint tes kontras media sebanyak  1 - 1,5 ml
  • Kaset sesuai ukuran yang dibutuhkan di tempatkan pada cassette tray dibawah meja pemeriksaan 
  • Radiografer mengatur posisi pasien berada tepat dibawah meja pemeriksaan.
Foto Polos BNO / Plain Foto
  •  Untuk mengetahui keadaan abdomen ( BNO ), apakah ada banyak udara / artefak yang akan mengganggu gambaran selama pemeriksaan.
  • Untuk mengetahui keadaan awal dari Abdomen sebagai bahan penilaian ekspertise radiograf.
  • mengetahui kondisi faktor eksposi yang tepat ( Tidak boleh ada pengulangan )
  • Jika radiograf baik maka pemeriksaan bisa dilajutkan.
Pemasukan kontras media :
  • Dokter memasukkan kontras media didampingi oleh Radiografer. Memberikan zat kontras melalui vena ( Apabila skint test negatif ) Sebanyak 40-50 cc kepada pasien.
  • Nilai urium maksimal  50 mg/dl : Nilai creatinin maksimal 1,2 mg/dl
  • Single dose ( 1ml/Kg BB )
  • Double dose ( 1,5 cml/Kg BB )
  • Misal Pasien 73Kg maka kontras 73 ml apabila Double : 73 + 36,5 = 110 ml
 Fase Nefrogram :
  • Fase dimana kontras media memperlihatkan neufron pada ginjal ( terisi minimal )
  • 5 menit setelah penyuntikan 
  • dilakukan kompresi ureter.
  • film : 24x30 cm
  • CP antara xypoideus dan umbilicus
  • CR Tegak Lurus 
  • FFD = 1 meter 
Hasil Gambaran :
  • Densitas baik
  • Tidak ada bagian neufron yang terpotong 
  • Kontras mengisi ginjal/ Calix sampai ureter proksimal
  • Poasitas mampu menampilkan organ
Fase Nefrogram 15
  •  Fase dimana kontras media memperlihatkan neufron, pelvis renalis dan ureter proximal terisi maksimal ( Fungsi eksresi ginjal yang terbendung )
  • 15 menit setelah penyuntikan 
  • Ekspose dilakukan tanpa pembukaan kompresi.
  • Film 24x30 cm
  • CP = Sedikit di atas umbilicus 
  • CR = tegak lurus
  • FFD = 100 cm
Catatan kenapa harus dilakukan kompresi :
  • Untuk membendung kontras media yang dieksresikan ginjal melalui ureter, sehingga nefron dan pelvis dapat mengembang dengan baik.
Cara melakukan kompresi :
  • Letakkan 2 buah bola tenis /   compression ball pada daerah setinggi umbilicus / setinggi SIAS 
  • Compression bandage dikatikan pada ujung lain meja dan compression ball ditekan dengan tuas pengungkit.
  • Diukur tekanan bandage tidak terlalu kencang maupun longgar.
Fase Ureter :
  • Fase dimana kontras media memperlihatkan nefron, Pelvis renalis dan ureter proksimal terisi maksimal dan ureter distal mulai mengisi kandung kemih ( Fungsi eksresi ginjal tidak terbendung ).
  • 30 menit setelah penyuntikan
  • Film 30x40 cm
  • CP = Garis Pertengahan SIAS
  • CR Tegak lurus film
  • FFD 100 cm 
 Hasil Gambaran :



  • Densitas baik 
  • Tidak ada bagian ginjal yang terpotong 
  • Kontras mengisi ginjal sampai ureter distal dan sedikit mengisi kandung kemih
  • Opasitas mampu menampilkan organ/ tractus urinarius 

Fase Vesica Urinaria Full Blast
  •  Fase dimana kontras media  memperlihatkan nefron, Pelvis renalis, ureter hingga kandung kemih ( Fungsi eksresi ginjal tidak terbendung ). 
  • 45 menit setelah penyuntikan 
  • Film 30x40 cm 
  • CP = Garis pertengahan SIAS atau diantara SIAS dan Symphisis Pubis.
  • CR Tegak lurus Vertikal
  • FFD = 100 cm
Hasil Gambaran :

  • Densitas baik
  • Tidak ada bagian ginjal yang terpotong 
  • Kontras mengisi kandung kemih hingga VU mengembang 
  • Opasitas mampu menampilkan organ vesica urinaria terisi penuh kontras media 
  • Seing disebut foto " Full Blast "
Fase Vesica Urinaria Post Void
  • Fase dimana kontras media  memperlihatkan kandung kemih dalam keadaan kosong ( Fungsi pengosongan kandung kemih ).
  • 50 menit setelah penyuntikan 
  • Film 30x40 cm
  • CP = Garis pertengahan SIAS atau diantara SIAS dan Symphisis Pubis
  • CR Tegak Lurus
  • FFD 100 cm
Kriteria gambaran Post Void
  • Densitas baik
  • Tidak ada bagian ginjal hingg VU yang terpotong
  • Kontras keluar melalui kandung kemih hingg VU terlihat kosong
  • Opasitas mampu menampilan organ
  • Vesica Urinaria terisi penuh kontras media 
  • Sering disebut " Post Void " atau " Post Mixie"
 Late Foto :
  • Adanya keadaan dimana kontras media terlambat menampilkan gambaran organ yang diakibatkan oleh adanya kelainan pada organ ( Adanya batu di Nefron sehingga ureter tidak tervisualisasikan )
  • Apabila terjadi " Late Foto " sebaiknya pasien difoto post voiding satu jam kemudian.
  • Late foto bisa sampai 2 jam.
Contoh Foto yang terdapat kelainan seperti " Nefrolithiasis"





Senin, 22 September 2014

Direct arteri cerebralis

Jenis Angiografi :

  • Simple Angiography ( Alat multi purpose radiography )
  • Complete Angiography ( Alat dedicated untuk angiography )
  • 3D, Rotating Angio
  • Kombinasi dengan alat lain ( CT Angio, MR Angio )
Angiografi Cerebral :

Tujuan :

- Untuk penunjang diagnosis kelainan - kelainan cerebral tertentu, bilamana secara klinis & CT - SCAN belum jelas keberadaannya.
- Untuk keperluan terapi alternatif ( Radiologi Intervensional )

Indikasi :

1. Dugaan adanya pendarahan subarachnoid akibat AVM atau aneurisma cerebral.
2. Dugaan adanya AVF
3. Tumor tertentu untuk keperluan Embolisasi.
4. Untuk keperluan embolisasi pada AVM & AVF

Tekhnik Pemeriksaan :

- Transcarotis



Persiapan Pasien :

- Puasa 6 jam sebelum makan
- lampirkan hasil Ureum & Kratinin
- Inform Concern

Personal in the room :

- Radiologist
- Neurosurgery
- Radiografer
- Nurse

Persiapan Alat :

- Pesawat rontgen multipurpose
- Kaset ukuran 24x30 cm
- Lysolm / Grid
- Marker 
- immobilisation.

Alat Steril :
- Spuit 20 cc + 50 cc
- Duk lobang
- Duk biasa
- Baju Steril
- Bengkok
- Magkok
- Konektor
- Infus set
- Abocath 46
- Kassa
- Hand Schon

Non Steril :
- Kontras Media 
- Plester
- Alkohol
- Betadin
- NacL 0,90 %
- Procain
- Oksigen
- Heparin

Teknik Pemeriksaan :

  • Posisi pasien supine
  • Beri pengganjal daerah leher
  • Lakukan desinfektan pada daerah yang akan dilakukan dengan alkohol dan betadin
  • Anestesi lokal pada daerah tersebut.
  • Raba Art. Carotis Comunis Kiri/Kanan
  • Tusukkan Abocath, jika mengucur arteri bila menetes vena
  • Siapkan spuilt yang telah terisi kontras sebanyak 10 cc
Posisi pemotretan :

  • Aksial AP/Towne
  • Pasien supine posisi kepala true AP
  • Pertengahan film 2cm dibawah MAE
  • Central Ray 30 derajat Caudal
  • Central point -/+ 8 cm dari Glabella menuju tengah film
  • Eksposi untuk fase arteri pada hitungan ke-3
  • Eksposi untuk fase vena pada hitungan ke-8

Posisi Lateral :
  • Posisi Lateral
  • Posisi pasien posisi kepala true AP
  • Mid Sagital Plane sejajar dengan kaset
  • Infra Orbita Line tegak lurus dengan kaset
  • Central ray horizontal
  • Central point 2cm di depan MAE
  • Posisi kaset Vertikal
  • Ekposi dilakukan untuk fase arteri pada hitungan ke -3
  • Ekposi dilakukan untuk fase vena pada hitungan ke - 8
Keterangan :

Proyeksi Supra Orbita
- Central ray 10 Caudal
- CP Supra Orbita Margin menuju Petrous ridge

Proyeksi Trans Orbita
- CR Cranial 20

Hasil Gambaran Radiograf :



















Kamis, 18 September 2014

Keselamatan dan kesehatan kerja

Pengertian K3 :
Filosofi ( Mangkunegara) suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Dasar Hukum :

1. UU. No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja 
- Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
- bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya.
- bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien.
- bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya - upaya untuk membina norma - norma       perlindungan kerja.
- bahwa pembinaan norma - norma itu perlu diwujudkan dalam undang - undang yang memuat ketentuan ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, indutrialisasi,
tekhnik dan tekhnologi.
2. Permenaker no.5 Tahun 1996 tentang sistem manajemen K3
3. Permenaker no 4 Tahun 1997 tentang panita pembina keselamatan dan kesehatan kerja ( P2K3)

Tujuan K3 :
  1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja.
  2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara umum dan efisien.
  3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional.